Cara Kerja Perlindungan DDoS dalam Jaringan Internet 

Serangan Distributed Denial of Service (DDoS) merupakan salah satu ancaman paling umum dalam dunia keamanan siber. Serangan ini dapat melumpuhkan suatu website atau layanan online dengan membanjiri server atau jaringan dengan trafik yang sangat besar, membuatnya tidak dapat melayani permintaan yang sah.

Oleh karena itu, perlindungan terhadap serangan DDoS sangat penting untuk menjaga kestabilan dan ketersediaan layanan di internet.

Artikel ini membahas bagaimana perlindungan DDoS bekerja dalam jaringan internet, mulai dari prinsip dasar hingga cara-cara teknis yang digunakan untuk mencegah dan memitigasi serangan tersebut. 

Apa Itu Serangan DDoS? 

Sebelum memahami bagaimana perlindungan DDoS bekerja, penting untuk mengetahui apa itu serangan DDoS. Serangan DDoS adalah serangan yang melibatkan banyak perangkat yang tersebar di berbagai lokasi untuk membanjiri target dengan trafik palsu atau berlebihan. Serangan ini dapat berupa permintaan data yang berlebihan (volumetrik), menghabiskan sumber daya server (serangan aplikasi), atau mengganggu komunikasi jaringan (serangan protokol). Tujuannya adalah untuk menyebabkan server atau layanan online menjadi tidak dapat diakses oleh pengguna sah. 

Serangan DDoS umumnya dilakukan dengan memanfaatkan botnet, yaitu sekumpulan perangkat yang telah terinfeksi malware dan dikendalikan oleh penyerang tanpa sepengetahuan pemiliknya. Ketika perangkat-perangkat ini bekerja bersama dalam serangan, mereka dapat menciptakan volume trafik yang sangat besar, jauh melebihi kapasitas yang bisa ditangani oleh server. 

Cara Kerja Perlindungan DDoS 

Perlindungan DDoS bekerja dengan cara mendeteksi, menganalisis, dan memitigasi trafik yang mencurigakan atau berbahaya untuk memastikan kelangsungan layanan. Berikut adalah langkah-langkah utama dalam cara kerja perlindungan DDoS dalam jaringan internet: 

1. Deteksi dan Identifikasi Trafik Berbahaya 

Langkah pertama dalam perlindungan DDoS adalah mendeteksi dan mengidentifikasi trafik yang tidak sah atau berbahaya. Hal ini dilakukan melalui pemantauan lalu lintas jaringan yang masuk dan membandingkannya dengan pola trafik yang sah. Ada beberapa teknik yang digunakan untuk mendeteksi serangan DDoS, antara lain: 

  • Pemantauan Lalu Lintas Real-Time: Sistem perlindungan DDoS memantau trafik secara real-time untuk mendeteksi anomali yang mungkin menandakan adanya serangan. Jika terjadi lonjakan trafik yang tidak wajar, sistem ini akan menandainya sebagai potensi serangan. 
  • Algoritma Pembelajaran Mesin: Banyak penyedia perlindungan DDoS modern menggunakan algoritma pembelajaran mesin untuk menganalisis pola lalu lintas jaringan. Sistem ini dapat mengenali pola serangan DDoS berdasarkan data sebelumnya dan memperbaiki kemampuan deteksi secara otomatis seiring berjalannya waktu. 
  • Fingerprinting Trafik: Metode ini memungkinkan sistem untuk mengenali perbedaan antara trafik sah dan trafik serangan berdasarkan karakteristik tertentu, seperti alamat IP, jenis permintaan, atau pola pengiriman paket. 

2. Pembatasan Lalu Lintas yang Mencurigakan 

Setelah trafik berbahaya terdeteksi, perlindungan DDoS akan memulai langkah kedua: memblokir atau membatasi lalu lintas yang mencurigakan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara: 

  • Rate Limiting: Salah satu teknik umum untuk mengatasi serangan volumetrik adalah pembatasan jumlah permintaan yang dapat diterima dari satu alamat IP dalam jangka waktu tertentu. Ini membantu mencegah botnet mengirimkan jutaan permintaan sekaligus ke server. 
  • Blocking IP Address: Sistem perlindungan dapat secara langsung memblokir alamat IP yang teridentifikasi sebagai sumber serangan, terutama jika serangan berasal dari sejumlah kecil alamat IP yang dapat dikenali. 
  • Challenge-Response Tests: Metode ini menggunakan captcha atau tes verifikasi lainnya untuk memastikan bahwa pengunjung adalah pengguna manusia, bukan bot. Jika serangan menggunakan bot, pengunjung palsu akan gagal melewati tes ini. 

3. Pemisahan Trafik Sah dan Trafik Berbahaya 

Serangan DDoS sering kali mencoba untuk menyembunyikan trafik berbahaya di antara lalu lintas yang sah. Oleh karena itu, perlindungan DDoS sering kali menggunakan teknik untuk memisahkan trafik yang sah dari yang berbahaya. 

  • Traffic Scrubbing: Teknologi ini menyaring trafik melalui sistem perlindungan DDoS sebelum sampai ke server utama. Trafik yang sah diteruskan ke server, sementara trafik yang berbahaya dibuang atau diblokir. 
  • Anycast Routing: Dengan menggunakan teknologi Anycast, trafik dapat dialihkan secara otomatis ke server terdekat yang tidak terkena serangan. Hal ini dapat mendistribusikan beban serangan, mengurangi dampak pada server utama, dan memungkinkan pengelolaan serangan dengan lebih baik. 

4. Peningkatan Kapasitas Infrastruktur 

Beberapa solusi perlindungan DDoS berbasis cloud juga meningkatkan kapasitas infrastruktur untuk menangani lonjakan trafik yang terjadi selama serangan DDoS. Hal ini dilakukan dengan memperluas kapasitas jaringan, server, atau CDN (Content Delivery Network) untuk menerima lebih banyak trafik tanpa mengalami penurunan kinerja yang signifikan. 

  • Content Delivery Network (CDN): CDN membantu mengalihkan sebagian trafik ke server terdistribusi di lokasi yang lebih dekat dengan pengguna, meminimalkan beban pada server utama dan mempercepat waktu respon situs web. 
  • Auto-Scaling: Beberapa penyedia perlindungan DDoS menawarkan auto-scaling untuk mengatur kapasitas server sesuai dengan kebutuhan trafik. Dalam situasi serangan DDoS, sistem akan secara otomatis meningkatkan kapasitas untuk menangani lebih banyak permintaan. 

5. Penggunaan Web Application Firewall (WAF) 

Perlindungan DDoS sering kali digabungkan dengan Web Application Firewall (WAF) untuk memberikan perlindungan tambahan terhadap serangan berbasis aplikasi, seperti HTTP Flood. WAF membantu melindungi aplikasi web dari serangan yang lebih canggih dengan memfilter dan memblokir permintaan berbahaya yang menargetkan kelemahan pada lapisan aplikasi. 

  • Filter Permintaan HTTP: WAF menyaring permintaan HTTP yang masuk dan dapat memblokir permintaan yang dianggap mencurigakan atau berbahaya berdasarkan pola serangan yang dikenal, seperti serangan SQL injection, cross-site scripting (XSS), dan lainnya. 

6. Mitigasi dan Respons Terhadap Serangan 

Jika serangan DDoS berhasil melewati lapisan perlindungan awal, sistem perlindungan DDoS akan mengaktifkan langkah-langkah mitigasi lebih lanjut untuk mengurangi dampak serangan. Respons ini melibatkan berbagai teknik canggih untuk memitigasi serangan tanpa menurunkan kinerja layanan: 

  • Mitigasi Trafik Secara Otomatis: Banyak solusi perlindungan DDoS menyediakan mitigasi otomatis yang mengidentifikasi jenis serangan dan memilih tindakan yang tepat, seperti pemblokiran, pengalihan, atau pembatasan trafik. 
  • Pengalihan Lalu Lintas ke Layanan Cloud: Jika serangan cukup besar, beberapa penyedia layanan akan mengalihkan trafik ke layanan mitigasi berbasis cloud yang lebih besar, yang dapat menangani serangan dengan kapasitas lebih tinggi. 
  1. Pemulihan dan Evaluasi Pasca-Serangan

Setelah serangan DDoS berakhir, penting untuk melakukan pemulihan dan evaluasi terhadap sistem untuk mengidentifikasi dan menutupi celah yang mungkin telah digunakan oleh penyerang. Beberapa langkah yang diambil pasca-serangan termasuk: 

  • Audit dan Analisis Forensik: Memeriksa log trafik dan data serangan untuk memahami bagaimana serangan dilakukan, mengidentifikasi sumber serangan, dan menilai kerusakan yang terjadi. 
  • Penguatan Sistem Keamanan: Menggunakan data yang diperoleh dari serangan untuk memperkuat sistem perlindungan, termasuk pembaruan pada WAF, pengaturan ulang rate limiting, dan peningkatan algoritma deteksi. 

Baca juga : Cara melindungi dari serangan DDoS

Kesimpulan 

Perlindungan DDoS dalam jaringan internet bekerja dengan menggabungkan deteksi trafik berbahaya, pemisahan trafik sah, pembatasan sumber daya, pengalihan trafik, dan peningkatan kapasitas infrastruktur untuk memitigasi dampak serangan. Berbagai teknik seperti pemantauan real-time, pembelajaran mesin, rate limiting, dan penggunaan CDN serta WAF, membantu melindungi situs web dan aplikasi dari serangan DDoS yang merusak. 

Dengan memahami bagaimana perlindungan DDoS berfungsi dan pentingnya memiliki sistem mitigasi yang tepat, perusahaan dan pemilik website dapat memastikan bahwa layanan mereka tetap dapat diakses meskipun sedang menghadapi serangan siber yang berat. 

 

Konsultasikan Kebutuhan Anda !

Cloudflare form – ID

Tinggalkan kontak Anda, kami akan segera menghubungi Anda

Pengalaman Luar Biasa menanti Anda!

Tertarik dengan layanan kami? Silahkan kontak kami! Tim kami akan segera menghubungi anda dan menyediakan solusi yang optimal untuk setiap kebutuhan anda

Kontak kami
×